BANJAR, CILACAP.INFO – Lurah bukan hanya dia yang menjabat sebagai Kepala Desa, namun lurah juga ada dalam ruang lingkup pesantren.
Bercerita mengenai lurah dan pesantren, redaksi menemukan sosok santriwati dan juga Lurah di Pondok Pesantren Putri Miftahul Huda Al Azhar Citangkolo Kota Banjar Jawa Barat.
Sosok Lurah santri satu ini hafal Al-Qur’an 30 juz dan yang menjadi idolanya adalah Hadratus Syaikh Kiai Hasyim Asy’ari.
Namanya ialah Nurkholifah, Nur artinya adalah Cahaya sedangkan Kholifah adalah Pemimpin, dan digabungkan bisa diartikan Cahaya Pemimpin.
Sesuai dengan namanya, Nurkholifah, ia adalah pemimpin komplek dipesantren tersebut dan menjadi lurah santriwati. Selain sebagai seorang pemimpin, ia juga hafal Qur’an.
Diketahui, Santriwati ini berasal dari Kecamatan Gandrungmangu, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah (Jateng).
Pertanyaan bermula saat awak media NU Online mengunjungi pesantren Citangkolo Kota Banjar pada Selasa (26/2) tahun lalu.
Saat itu ponpes tersebut menjadi tuan rumah Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama (Munas Konbes NU).
Ketika ditanyakan oleh awak media NU Online terkait perjuangannya menghafalkan Al Qur’an, wanita satu ini berucap. “Susah senang sih dalam menghafal.” ungkapnya seperti yang diterbitkan NU Online.
Nurkholifah bercerita, bahwa waktu pertama dia mondok dia mengaku kurang lancar dalam membaca Al-Qur’an.
“Waktu saya belum mondok, dulu, saya belum lancar membaca Al-Qur’an. Tapi setelah belajar di sini, perlahan saya bisa dan suka membacanya. Terus saja ngaji binadzri (membaca dengan melihat ayat-ayat Al-Qur’an, red.), selama tiga tahun. Kemudian saya disuruh menghafal Al-Qur’an oleh Umi (bu nyai). Awalnya saya takut tidak bisa menjaga hafalan saya, tapi ya saya jalani saja. Dan alhamdulillah akhirnya saya khatam dalam 3 tahun.” Ucap wanita yang mengidolakan Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari, menceritakan.
Ia mengaku agak kerepotan saat menghafal Al-Qur’an. Sebagai lurah pondok putri, di samping menjaga hafalan, ia juga harus membimbing, memberi contoh kepada para santriwati lain. di sisi lain, sebagai seorang mahasiswi, ia juga mendapat banyak tugas makalah. Namun, semua itu terobati saat hafalannya bertambah.
“Senengnya kalau sudah dapat beberapa juz! rasanya hati saya tenang dan selalu termotivasi.” Kata santriwati yang kerap disapa Mba Olip oleh santri lainnya. (NU Online / Ayu CILACAP.INFO)