NUSAKAMBANGAN, DAERAH24 – Angin muson (Inggris: monsoon) merupakan gerakan massa udara yang dipengaruhi perbedaan tekanan udara antara benua dan lautan.
Muson merupakan angin musiman yang bersifat periodik dan biasanya terjadi terutama di Samudera Hindia dan sebelah selatan Asia.
Munculnya angin muson biasanya ditandai dengan curah hujan yang tinggi. Angin muson mirip dengan angin laut, tetapi ukurannya lebih besar, lebih kuat dan lebih konstan.
Daerah selatan Jawa (lokasi dimana Nusakambangan berada) pada bulan Oktober – April sangat dipengaruhi oleh pergerakan angin muson barat.
Angin ini bertiup saat matahari berada di belahan bumi selatan, yang menyebabkan Australia mengalami musim panas (membuat udara bertekanan minimum) dan benua Asia lebih dingin (tekanan udara maksimum) sehingga angin bertiup dari utara (Asia dan Samudera Pasifik) menuju Australia melewati Indonesia.
Menurut hukum Buys Ballot, angin akan bertiup dari daerah bertekanan maksimum ke daerah bertekenan minimum, sehingga angin bertiup dari benua Asia menuju benua Australia, dan karena menuju Selatan Khatulistiwa/Equator, maka angin akan dibelokkan ke arah kiri.
Pada Jumat, 25 Februari 2022 sore, terlihat efek dari angin ini begitu terasa. Tingginya gelombang laut mulai terasa dari depan Balai Pemasyarakatan Kelas II Nusakambangan, sampai dengan Pelabuhan Wijayapura.
Sebagian besar armada compreng (kapal penyeberangan kecil) memilih merapat di dermaga Sodong.
Beberapa skipper (nahkoda kapal kecil) memilih tidak melayani pegawai Kemenkumham dan karyawan proyek pembangunan lapas yang ingin menyeberang ke Pelabuhan Wijayapura dengan alasan keamanan.
Hanya terdapat 1 (satu) kapal compreng dengan skipper bernama Marcopolo (bukan nama sebenarnya) yang dengan gagah berani menyisir gelombang dan angin untuk mengantar pegawai Kemenkumham dan karyawan proyek untuk pulang kembali ke Pelabuhan Wijayapura.
Takdir memang ditangan Tuhan, namun manusia wajib berusaha. Adanya tantangan harian yang harus dijalani berupa menyeberangi Selat Sodong, membuat seluruh pegawai Bapas Kelas II Nusakambangan berupaya meningkatkan keamanan dan kenyamanan dalam menyeberang dengan menggunakan rompi pelampung (PFD : Personal floation device).
Setiap PFD yang digunakan pegawai Bapas Kelas II Nusakambangan merupakan PFD dengan kualitas unggul, model yang keren, serta multifungsi dengan tersedianya kantong-kantong berresleting yang dapat dipergunakan untuk menyimpan pernak pernik kecil kebutuhan pribadi.
Dengan PFD yang nyaman, pegawai Balai Pemasyarakatan Kelas II Nusakambangan menghadapi tantangan menyeberangi selat Sodong dengan lebih yakin dan mantap. Bapas Nusakambangan: selamat, nyaman, elegan.