Haul Habib Abu Bakar Assegaf Gresik Dipadati Ribuan Orang

Haul Habib Abu Bakar Assegaf Gresik
Haul Habib Abu Bakar Assegaf Gresik

GRESIK, DAERAH24 – Puluhan ribu orang dari berbagai kota datang ke Kabupaten Gresik Jawa Timur untuk mengikuti puncak Haul Habib Abu Bakar Assegaf ke 67 di Gresik, Sejak Jumat sampai Sabtu (16/7/2022).

Itulah haul Habib Abu Bakar bin Muhammad bin Umar bin Abu Bakar bin Muhammad Umar bin Segaf as-Segaf adalah seorang imam di lembah Al-Ahqof.

Garis keturunannya yang suci ini terus bersambung kepada ulama dari sesamanya hingga bermuara kepada pemuka orang-orang terdahulu, sekarang dan yang akan datang, seorang kekasih nan mulia Nabi Muhammad S.A.W .

Habib Abu Bakar terlahir di kampung Besuki (salah satu wilayah di kawasan Jawa Timur) tahun 1285 H. Ayahnya wafat di kota Gresik, sementara ia masih berumur kanak-kanak.

Habib Abu Bakar bin Muhammad as-Segaf tumbuh besar dalam asuhan dan penjagaan yang sempurna. Cahaya kebaikan dan kewalian telah tampak dan terpancar dari kerut-kerut wajahnya, sampai-sampai di usianya ke-3 tahun mampu mengingat kembali peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi pada dirinya.

Semua itu tak lain karena power (kekuatan) dan kejernihan rohaninya, serta kesiapannya untuk menerima curahan anugerah dan Fath (pembuka tabir hati) darinya.

Tahun 1293 H., atas permintaan neneknya yang sholehah Fatimah binti Abdullah (Ibunda ayahnya), ia merantau ditemani oleh al-Mukaram Muhammad Bazamul ke Hadramaut meninggalkan tanah kelahirannya, Jawa.

Dikala Habib Abu Bakar bin Muhammad as-Segaf akan sampai di kota Sewun, ia di sambut di perbatasan kota oleh paman sekaligus gurunya yakni Habib Abdullah bin Umar berikut para kerabat.

Dan yang pertama kali dilantunkan oleh sang paman bait qosidah Habib al-Arifbillah Syeh bin Umar bin Segaf seorang yang paling alim di kala itu dan menjadi kebanggaan pada jamannya. Dan ketika telah sampai ia dicium dan dipeluk oleh pamannya.

Tak elak menahan kegembiraan atas kedatangan sang keponakan dan melihat raut wajahnya yang memancarkan cahaya kewalian dan kebaikan berderailah air mata kebahagiaan sang paman membasahi pipinya.

Hati para kaum arifin memiliki ketajaman pandang. Mampu melihat apa yang tak kuasa dilihat oleh pemandang. Perhatian dan didikan sang paman telah membuahkan hasil yang baik pada diri sang keponakan.

Ia belajar kepada sang paman Habib Abdullah bin Umar ilmu fiqh dan tasawuf, sang paman pun suka membangunkannya pada akhir malam ketika masih berusia kanak-kanak guna menunaikan shalat tahajjud bersama-sama.

Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf mempunyai hubungan yang sangat kuat dalam menimba ilmu dari para ulama dan pemuka kota Hadramaut. Mereka (para ulama) telah mencurahkan perhatiannya pada Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf.

Maka Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf banyak menerima dan memperoleh ijazah dari mereka. Diantara para ulama terkemuka Hadramaut yang mencurahkan perhatian kepadanya, adalah Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, (seorang guru yang sepenuhnya mencurahkan perhatiannya kepada Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf).

Habib Ali bin Muhammad Alhabsyi telah menaruh perhatian kepada Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf semenjak masih berdomisili di Jawa sebelum meninggalkannya menuju Hadramaut.

Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi berkata kepada salah seorang murid seniornya, “Perhatikanlah! Mereka bertiga adalah para wali, nama, haliyah, dan maqom (kedudukan) mereka sama. Yang pertama adalah penuntunku nanti di alam barzakh, ia adalah Quthbul Mala Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Aidrus, yang kedua, aku melihatnya ketika engkau masih kecil ia adalah Habib Al-Ghoust Abu Bakar bin Abdullah al-Atthos, dan yang ketiga engkau akan melihat sendiri nanti di akhir dari umurmu.”

Tatkala memasuki tahun terakhir dari umurnya, ia bermimpi melihat Rosulullah S.A.W. sebanyak lima kali berturut-turut selama lima malam, sementara setiap kali dalam mimpinya Rasulullah S.A.W. mengatakan kepadanya (orang yang bermimpi) : ” Lihatlah di sampingmu, ada cucuku yang sholeh Abu Bakar bin Muhammad Assegaf ”

Sebelumnya orang yang bermimpi tersebut tidak mengenal Habib Abu Bakar Assegaf kecuali setelah dikenalkan oleh Baginda Rasul Al-Musthofa S.A.W. di dalam mimpinya.

Lantas ia teringat akan ucapan Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi dimana beliau pernah berkata “Mereka bertiga adalah para wali, nama dan kedudukan mereka sama “.

Setelah itu ia (orang yang bermimpi) menceritakan mimpinya kepada Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf dan tidak lama kemudian ia meninggal dunia.

Di saat terakhir hayatnya Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf melakukan puasa selama 15 hari, setelah itu ia wafat pada tahun 1376 H. dalam usia 91 tahun, dimakamkan di pemakaman Masjid Jami’ Alun-Alun, Gresik, Jawa Timur.

Acara Rauhah pagi adalah pembacaan Maulid Simthud Duror dari ba’da Subuh bersambung dengan Mauidzah khazanah oleh Habib Abu Bakar bin Hasan Assegaf (Pasuruan) dan Habib Alwi bin Ali bin Muhammad Husain al Habsyi (Alwi Kuadrat) berlangsung hidmat dan khusyuk.

Lepas futhur (sarapan pagi) acara berlanjut dengan arak-arakan Para Habaib ke maqam dari Jalan KH Zubair kemudian menuju Masjid Jami Gresik. Tampak pemuka Habaib sepuh Habib Abdurrahman Bassurah, Habib Syech bin AbdulQadir Assegaf, Habib Taufiq bin AbdulKadir Assegaf serta puluhan Habaib pawai berjalan kaki seperti mengarak pengantin baru diiringi tetabuhan shalawat dari iringan al Muhibbin dari berbagai daerah.

Acara di maqam Habib Abubakar telah bergema dengan tahlil, talqin dan zikir. Lepas pembacaan manakib berlanjut dengan Ceramah Haul oleh Habib Taufiq bin AbdulQadir Assegaf yang menyampaikan tentang pentingnya adab bagi dai serta ilmu agar amal berbuah.

Habib Taufiq menyampaikan pentingnya Cinta Rasulullah SWT. “Rindu sekali dengan acara ini menghibur hati, dari Maulid dan Haul. Habib Abubakar dalam kalam salafnya tentang pentingnya Zuhud,” kata Habib Taufiq.

Banyak orang menjadi dai. Banyak pohon tapi tidak berbuah berbuah. Kalau ada ceramah, tapi fitnah yang terjadi,” kata Habib Taufiq, Ketua Rabitah Alawiyah Pusat, Jakarta.

“Paling tidak ada 4 hal. gak perlu banyak bicara.Seorrang dai, zuhud. Tapi tidak cinta dunia. Zuhud itu tidak cinta dunia. Zuhud itu bukan cinta dunia, tapi tidak dikuasai dunia. Kalau yang dicari, Zuhudlah kamu dari pada dunia. Mereka yang selalu minta, mereka bekerja untuk membantu orang membutuhkan,” terang Habib Taufiq.

Habib Taufiq mengisahkan tentang
Kisah Habib Abdurahman bin Muhammad Assegaf di Yaman yang mempunyai pohon kurma di Kota Tarim. Setiap menanam pohon kurma dibaca Yasin.

Keberkahannya ketika Yaman terkena bencana, pohon-pohon kurmanya tidak terkena bencana. Selain zuhud adab seorang dai harus dengan ‘ilm (ilmu).

Bukan mencari popularitas, ilmu yang manfaat. Apa ilmu yang hina membuahkan amal dan akhlakul karimah. Ilmu kosong, Nabi SAW bersabda, Alloh mencabut ilmu, kalo sudah nggak ada , bukan bodoh, tapi melanggar ajarannya.

Tapi dipegang pemimpin tokoh l, tahu wajib, Yang ketiga Al aql. (Punya akal cerdas). Seperti punya obat, dokter yang cerdas. Berikan ilmu sesuai apa yang dibutuhkan. Jangan meresahkan hati,agar bisa bersatu. Keempat berbuah amal, nampak hasil,” pungkas habib Taufiq.

Sementara itu habib Segaf bin Hasan Baharun dari Pesantren Darul Lughah wa Dakwah menyampaikan pentingnya Syukur dan Sabar.

Acara berakhir waktu Dzuhur dan jamaah selepas itu dijamu Nasi Kebuli di Rumah Habib Abubakar Assegaf. (*)

Cilacap Info
IKUTI BERITA LAINNYA DIGOOGLE NEWS

Berita Terkait