Mandala Mata Bumi, Situs Megalitik Terbesar Di Jawa Tengah Ditemukan di Dayeuhluhur, Cilacap

Ditemukan Situs Megalitik Terbesar di Jawa Tengah
Ditemukan Situs Megalitik Terbesar di Jawa Tengah

CILACAP.INFO — Situs megalitik purba terbesar di Jawa Tengah baru-baru ini ditemukan, di puncak pegunungan subang wilayah Desa Kuta Agung, Dayeuhluhur, Cilacap, Jawa Tengah, pada Selasa, (23/12/2025).

Warisan budaya prasejarah ini memiliki struktur punden berundak ‘tak biasa’ yang dikenal dengan sebutan ‘Mandala Mata Bumi’.

Disebut tak biasa dan terbesar, karena keunikan lokasi di dataran tinggi yang berbeda dari situs megalitik lain di Jawa Tengah, yang lebih mudah diakses,

“Akses situs serta struktur punden berundak hingga ketinggiannya gunung adalah fitur signifikan yang berbeda dari situs megalitik lainnya, hal itu menunjukkan tradisi keagamaan pada masa lalu di wilayah tersebut sangat kuat,” terang ahli arkeologi Kementerian Kebudayaan (Kemenkebud), Wahyu Broto Raharjo SS.M.Hum

Tenaga ahli arkeologi Kemenkebud dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah X (10) dengan wilayah kerja Provinsi DIY dan Jateng tersebut mengemukakan kepada wartawan usai melakukan peninjauan identifikasi, dan observasi kajian lingkungan situs. Selasa (23/12).

Lanjutnya, disebut terbesar di Jawa Tengah karena belum ada penemuan yang melebihi kebesaran dan luasnya dari situs ini.

“Melihat karakteristik situs dari stuktur, tipologi kawasan, serta lingkungannya, situs Mandala Mata Bumi ini sudah ada sejak sebelum Masehi, punden berundak yang sangat besar juga motif-motif bebatuan dengan ukiran unik dan khas sekali, semua ini belum pernah ditemukan di tempat lain,” ujarnya

Melihat keberadaan situs, nantinya akan menjadi perhatian publik dan memberi kemungkinan hubungan dialektika dengan situs Gunung Padang di Cianjur maupun di Majenang yang ditemukan beberapa tahun lalu.

Dia pun menegaskan bahwa saat ini baru teridentifikasi situs punden berundaknya, kendati demikian satu identitas yang menunjukkan keunikan situs yakni menhir batu ukir.

“Selain keberadaan di ketinggian, ditemukan kekhasan ukiran yang unik pada batu megalitik yang tidak ditemukan di tempat lain,” akunya

Adapun situs perkampungan purba yang berkaitan dengan punden tersebut belum sempat tereksplorasi secara menyeluruh,

“Sehingga kawasan kebudayaan ini harus dipahami sebagai satu kesatuan lanskap budaya purba yang luas, bukan hanya satu titik atau satu struktur saja,” ungkapnya.

Diketahui bahwa situs yang unik memberi kekayaan nilai sejarah dan tradisi, bahkan keutuhannya masih terjaga hingga kini

Situs berada di ketinggian sekitar 1.210 meter di atas permukaan laut, di kawasan hutan primer wilayah Desa Kuta Agung, Dayeuhluhur. Situs pun tertutup oleh vegetasi hutan yang lebat.

“Seluruh Struktur berada di puncak pegunungan, hampir tidak tersentuh aktivitas manusia, oleh karena akses menuju lokasi begitu sangat sulit,” tukasnya.

Menurutnya ada banyak sekali layar budaya di sana, bahkan Belanda juga menempatkan titik triangulasi pada titik paling tinggi di gunung Subang Kuta Agung tepat di tengah-tengah situs tersebut.

“Kedepan, kita akan eksplorasi, yang jelas kami akan bikin laporan, kemudian kami juga menyerahkan laporan itu ke dinas terkait di kabupaten Cilacap untuk ditindaklanjuti dan juga nanti kalau bisa kita melakukan pemetaan bersama,” akunya.

Pihaknya mengaku akan melakukan upaya pendalaman kajian yang meliputi Benda, Bangunan, Struktur, Situs, maupun Kawasannya sebagai upaya pelestarian nilai penting sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan kebudayaan bangsa.

“Tentunya tidak sendiri, dalam hal upaya pelestarian, perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan warisan budaya kebendaan atau Cagar Budaya, khususnya situs ini, bersama pemerintah Kabupaten Cilacap, sebagaimana amanat Undang-Undang No 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya,” pungkasnya.

Mandala Mata Bumi, Pusat Keseimbangan Bumi

Adapun sebutan situs Mandala Mata Bumi, penamaan tersebut mengacu dari pada nilai budaya dalam tradisi masyarakat setempat yang merujuk pada simbol mata yang terdapat pada ukiran batu megalitikum,

“Mandala Mata Bumi sebagai rumah ibadah pemujaan yang berarti jadi pusat pandang, dan/atau pusat keseimbangan bumi,” demikian dikatakan tokoh budaya dayaluhur, Ceceng Rusmana alias Ki Lambang Wijaya Kusuma.

Dia sampaikan juga bahwa menurut penuturan tradisi lama, dalam ruang kosmologi leluhur setempat, sejak lama kawasan situs tersebut merupakan bangunan Sanghyang Wayang.

“Kawasan Sanghyang Wayang atau Mandala Mata Bumi ini dahulu dikelilingi oleh empat danau besar, namun kini berubah, sebagian telah mengering dan berubah fungsinya,” jelasnya.

Adapun keempat danau besar itu meliputi Danau Kuta Agung yang sekarang di sekitar hulu Sungai Cijolang, Danau Sagara di wilayah hulu Sungai Cipamali, Rawa Onom di kawasan Panulisan–Banjar, serta Rawa Gebang Kuning di wilayah selatan Majenang,

“Keempat danau besar itu pada masa lalu membentuk satu bentang alam sakral yang mengitari Mandala tersebut,” ungkapnya.

Perlu diketahui, turut serta mendampingi dalam penemuan situs megalitik ini antara lain Korcam Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Kecamatan Dayeuhluhur, Pendamping Desa (PD), Pendamping Lokal Desa (PLD), Pencinta Alam SMA Negeri Dayeuhluhur (Pasmada), Guru, Pemuda, Lembaga Adat setempat, serta para punggawa dari Lesbumi NU Dayeuhluhur. (IHA)

Cilacap Info
IKUTI BERITA LAINNYA DIGOOGLE NEWS

Berita Terkait